Langsung ke konten utama

Review Buku "Kembara Rindu"

Judul Buku : Kembara Rindu
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2019
Jumlah Hal : 266 Hal
Karya-karya dari Kang Abik memang selalu dinanti-nanti. "Kembara Rindu" adalah novel terbaru yang terbit di akhir tahun 2019. Yang membuat terasa istimewa ketika membaca ini ialah latar tempat yang berlokasi di Lampung. Karena sekitar dua minggu lalu, saya baru saja dari sana. MasyaAllah. Pada buku ini tepatnya di Liwa yang masuk Kabupaten Lampung Barat.

Jika dilihat pada bagian sampul tertulis bahwa ini adalah buku pertama dari Dwilogi Pembangun Jiwa. Pada halaman terakhirnya pun (hal 266) dengan huruf kapital tertulis "NOVEL PERTAMA SELESAI". Itu artinya akan ada novel lanjutan dan membuat saya tidak sabar untuk membaca lagi kelanjutan kisahnya.

Cerita diawali dengan seorang gadis penjual gorengan dan air mineral di tangga masuk serambi masjid. Gadis yang memakai jaket usang, bercelana panjang dan menutupi rambutnya dengan topi itu berharap agar jualannya bisa laku lebih banyak. Diketahui bahwa gadis itu bernama Syifa. Dia harus menjalani hidup susah diusia belia demi menghidupi keluarganya.

Hampir pada setiap novel yang ditulis oleh Kang Abik akan ada sosok pemuda saleh. Pada buku ini pun demikian. Tokoh tersebut bernama Ridho yang merupakan sepupu dari Syifa. Pemuda ini memiliki latar belakang pendidikan pesantren dan dia adalah harapan bagi Syifa untuk bisa membantunya keluar dari kesulitan hidup. Mereka berdua adalah anak yatim piatu yang dibesarkan oleh kakek dan kedua orang nenek. Dua nenek? Silahkan dibaca novelnya ya hehe...

Terkait tokoh lainnya tentu ada beberapa, seperti Lina, Diana, Bu Rosma, Sita, Kakek Jirun, Kyai Nawir, dst. Namun, menurut saya pada novel pertama ini yang lebih menjadi sorotan adalah dua tokoh di atas, terutama Ridho. Dia yang harus berjuang menjadi kepala keluarga dan memutar otak serta menahan malu demi menghidupi keluarganya dengan jalan yang barokah.

Banyak pesan yang terkandung dalam novel ini, seperti adab seorang murid kepada guru dan keluarganya, waris, hutang-piutang, memakmurkan masjid, dsb. Saya akan sedikit menyampaikan salah satunya yaitu terkait hutang-piutang. Karena tentang hutang-piutang ini sebanyak dua kali dibahas. Seperti, saat Ridho mengajak Syifa menagih hutang kepada teman ibunya yang dulu meminjam uang hingga ibunya meninggal belum juga dikembalikan. Kemudian, ketika Ridho mengisi pengajian di pesantren milik Kyai Shobron (anak Kyai Nawir, pemilik pesantren dimana Ridho pernah nyantri) disinggung adab seorang piutang terhadap yang memberi hutang. 

Berikut penggalan perkataan dari Kyai Shobron (hal. 247) :
"Jika orang yang punya piutang itu mampu untuk membayar hutangnya tapi dia mengulur-ulurnya, tidak juga membayar hutangnya, sesungguhnya ia melakukan kezaliman."

Ada pula yang lainnya, masih perkataan Kyai Shobron (hal. 209) :
"Dan marilah kita amalkan hadits Nabi Muhammad Saw, 'Min husni Islamil mar'i tarkuhu maa laa ya'nihi.' Termasuk tanda baiknya Islam seseorang adalah jika orang itu mampu meninggalkan segala yang tidak ada maknanya baginya."

MasyaAllah, perkataan Kyai Shobron menjadi pengingat untuk diri saya pribadi.

Dari tokoh Ridho ini kita bisa belajar bahwa tidak perlu malu mencari rezeki selama itu halal dan barokah. Dengan memakmurkan masjid, rezekinya terus mengalir. Sedangkan, ketika dia menomorduakan mengurus masjid pusaka kakek buyutnya, hidupnya begitu melarat. Mungkin ini yang namanya "Allah first, Dunia follow". Atau seperti yang di sebutkan pada QS. Al-Baqarah (2) : 201-202. Pokoknya baca "Kembara Rindu" benar-benar Pembangun Jiwa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh

Menyoal Hadits-Hadits Populer

Judul : Menyoal Hadits-Hadits Populer (Upaya Mengenali Sunnah yang Benar, Bukan yang Terkenal) Penulis : Adi Hidayat Penerbit : Institut Quantum Akhyar Tahun terbit : 2018 Membaca buku ini semakin membuat saya kagum dengan sosok Ust.Adi Hidayat. Sangat terlihat kedalaman ilmu yang beliau miliki. Menyadarkan betapa masih dangkalnya ilmu agama yang saya ketahui. Total ada 17 hadits populer yang dibahas. Terdengar sedikit memang, tetapi jika telah membaca buku ini saya yakin Anda akan berubah pikiran. Sesuai yang tertera pada cover, sebagai upaya mengenali sunnah yang benar, bukan yang terkenal. Beliau membahas hadits-hadits tersebut cukup terperinci dengan menambah bukti-bukti ilmiah, periwayat hadits dan rangkaian sanadnya, penilaian para ulama, hingga membuat kesimpulan hampir tiap pembahasan. Hanya dua bahasan hadits yang tidak terdapat kesimpulan dan menyerahkannya kepada pembaca. Selain itu, bukan main-main karena beliau mencari referensi 1235 kitab pada pustaka ele

Review "Sabtu Bersama Bapak"

"Sabtu Bersama Bapak" menjadi novel pertama karya Aditya Mulya yang saya baca. Mungkin ada yang sudah menonton versi filmnya?  Saya sendiri baru menyelesaikan buku dan filmnya. Tentu membaca novelnya lebih diutamakan. Seperti yang diketahui, kalau film yang mengadaptasi kisah dari novel, maka jangan berekspektasi tinggi. Jika menginginkan versi lengkap alangkah baiknya membaca novelnya dahulu. Dalam buku ini menceritakan bagaimana seorang ayah tetap bisa mendampingi anak-anaknya, meski dia tidak dapat berada di sisi mereka hingga tumbuh dewasa. Setelah divonis penyakit kanker dan tidak akan hidup lama, Gunawan Garinda merencanakan untuk membuat video yang diamanahkan kepada istrinya agar diputarkan setiap Sabtu untuk anak-anak mereka, Satya dan Saka. Kehidupan kakak beradik yang berbeda. Ibu yang begitu tegar. Juga Ayah yang penuh perencanaan dan tidak akan membiarkan keluarganya kesusahan sepeninggalannya. Masing-masing tokoh punya porsi sendiri. Akan tetapi, pada versi buku