Langsung ke konten utama

About #dirumahaja

Sudah berapa lama kalian #dirumahaja? Seminggu? Empat hari? Atau mungkin ada yang tidak bisa sama sekali #dirumahaja?. Saya yakin yang tidak bisa stay at home adalah kalian yang memang punya kepentingan di luar sana. Semoga bukan termasuk kaum yang sengaja nongkrong, kumpul-kumpul bareng tanpa menghiraukan imbauan dari pemerintah. Karena ada baiknya kita belajar dari Italia sebagai negara dengan angka kematian tertinggi dari kasus Covid-19. 

Beberapa waktu yang lalu, kita terlena dengan pernyataan-pernyataan menenangkan bahwa virus ini hanya menyebabkan kematian sekitar 1%. Kita ini negara tropis. Kita ini kebal. Mungkin maksudnya agar tidak membuat panik. Tapi, nyatanya hal itu tidak dapat dibendung. Oke, saya tidak akan membahas hal ini terlalu jauh dan cukupkan di sini saja. Ada hal lain yang dapat dilakukan daripada hanya saling menyalahkan.

Salah satunya #dirumahaja yang belakangan menjadi trending topic. Gerakan #dirumahaja dimaksudkan untuk menjaga social distancing yang kata WHO sekarang diubah menjadi physical distancing. Intinya mah jaga jarak, kayak aku sama kamu. (Apa sih...)

Sebelumnya, mau nanya deh... Mungkin ini juga terkait dengan #dirumahaja. Apa kalian membaca atau mendengar berita bahwa di China angka perceraian meningkat akibat pandemik ini? 
Miris, ya?.

Kabarnya salah satu penyebabnya karena terlalu sering bertemu setiap hari. Saya setuju jika terkadang dalam suatu hubungan harus ada jeda. Berjarak sementara untuk menciptakan ruang-ruang rindu (asekkk...). Tapi, sangatlah disayangkan.

Di sisi lain saya mendengar bahwa dengan adanya #dirumahaja ini ada orangtua bisa berbincang dengan anak-anaknya lebih intim. Adapula yang menjadi kreatif karena harus menyiapkan berbagai macam permainan agar anaknya tidak bosan. Namun, ada pula mereka yang hidup merantau, masih single dan tinggal di kosan rasanya begitu membosankan jika tidak  bisa kemana-mana. Mau pulang kampung takutnya dihujat..Ehhh (I feel you guys). 

Other than...Yuk, lihat kejadian ini dari sudut pandang yang lain. Tidak hanya menganggap bahwa ini musibah. Yakinlah, setelah ini akan ada pelajaran yang bisa kita dapat. Ada yang bilang kalau ini saatnya bagi yang suka rebahan menunjukkann skill-nya.

#dirumahaja merupakan langkah preventif untuk menekan laju penyebaran pandemik ini. Seperti kata Bapak Anies (Gubernur DKI Jakarta) di podcast Deddy Corbuzier bahwa kita ini sekarang berpacu dengan laju penyebaran virus Covid-19. Pemerintah juga sudah memikirkan dan sedang mengupayakan untuk mengatasi ini semua. Yang kita hadapi saat ini tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah saja. Mari kita sama-sama saling bantu dan tidak egois. Apa pun yang bisa kalian lakukan, ayo segera kerjakan.

Bagi yang tidak bisa di rumah saja, seperti para tenaga medis, semoga mereka dilindungi dan dilancarkan dalam menjalankan tugas. Juga untuk mereka yang harus tetap berjuang untuk memperoleh penghasilan harian, seperti  driver ojek online, pedagang, dsb agar tetap dilancarkan menjemput rezekinya.

Sedikit tambahan curhat. Saya prihatin ketika sebagian ada yang sengaja menimbun barang untuk persiapan stock atau ada yang berniat untuk mencari keuntungan. Alangkah baiknya agar kita bisa lebih bijak dalam menghadapi situasi ini. Bersiap boleh, panik jangan.

Tulisan ini hanyalah sebagian dari yang ingin saya ungkapkan terkait salah satu makhluk-Nya, kecil, tidak terlihat dengan mata telanjang, tetapi begitu ampuh untuk membuat was-was seluruh dunia.

Terlepas dari itu semua, bagi yang muslim agar bersiap menyambut dengan suka cita bulan Ramadhan yang akan hadir kurang dari sebulan lagi. Jadikan #dirumahaja ini sebagai momentum untuk persiapan diri kita menyambut bulan yang suci.

Jadi, sudah ngapain selama #dirumahaja?

Komentar

  1. iya sebentar lagi kita menyambut bulan ramadhan tapi penuh duka seperti ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku "Second Chance : Rago, Irfan dan Fajar"

Judul     : Second Chance Penulis  : Rago, Irfan dan Fajar Tahun    : 2016 Penerbit : Pastel Books "Lampaui Batasmu!" Yah, tagline pada cover buku ini sesuai dengan perjuangan ketiga penulis untuk melampaui batas, yaitu Rago, Irfan dan Fajar. Keterbatasan yang mereka alami tidak menjadi penghalang. Dan kesamaan nasib juga yang mempertemukan mereka, sehingga dapat menulis buku ini. Berawal dari kisah Rago yang mengalami kecelakaan ketika panjat tebing di Tebing Citatah 48. Dia terjatuh sehingga membuat tangan kanannya tidak berfungsi seperti sediakala. Membuatnya mau tidak mau menjadi kidal. Putus asa? Pasti dirasakannya. Bahkan, pernah berada dititik terendah. Hal yang sama juga dialami oleh Irfan. Bedanya, Irfan mengalami kecelakaan ketika wall climbing. Dia terjatuh dari ketinggian 10 m. Sempat divonis tidak akan bisa berjalan kembali. Namun, Irfan mematahkan semua itu. Dari apa yang telah dia alami, Irfan bahkan telah menulis buku berjudul Tab...

Tempat Nongkrong Asik di Jababeka

5 tempat asik yang recommended buat nongkrong di Jababeka. Siapa tahu kalian ada yang sedang berada di daerah ini, bisa main atau nongkrong-nongkrong asik di tempat-tempat berikut. 1. Recharge cafe & resto Tempat makan ini tergolong baru di Kawasan Jababeka. Berlokasi di Jl. Cilemah Abang, sebelah kiri. Bangunannya terdiri dari 3 lantai. Namun, yang difungsikan untuk pengunjung hanya sampai lantai 2. Sedangkan, lantai 3 digunakan untuk musholla. Di bagian bawahnya ada juga Bakso Wadidaw, tapi kayaknya sudah tidak berjualan lagi, karena sudah lama tutup. 2. Throwback coffe Cafe ini bertempat di Jl. Cilemah Abang juga. Letaknya sekitar 600 m setelah Recharge cafe & resto. Throwback coffe juga tidak jauh dari Warung Upnormal. Bisa dibilang satu jalur kalau kamu menuju ke sini. Bagi kalian yang mau nongkrong kalau ada Wi-Fi, tempat ini tepat buat kalian. 3. Warunk Upnormal Dari awal buka sampai sekarang, tempat ini tidak sepi pengunjung. Meskipun, ada saja wak...

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh...