Langsung ke konten utama

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya).
Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. (Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauheuni-Bandar Lampung.

1. Bus Bekasi-Merak

Bus Arimbi (Sumber : http://e-transportasi.com/)
Perjalanan dimulai dari Bekasi, tepatnya Bekasi Timur. Kami menunggu bus tujuan Merak sebelum pintu tol Bekasi Timur. Dari info yang diperoleh, ada dua bus dari Bekasi ke Merak, yaitu Primajasa dan Arimbi. Saat sedang menunggu ada bus dengan nama "Asli Prima" juga punya trayek ke Merak. Namun, Mbak Nur menyarankan agar kami tetap naik salah satu dari dua bus yang saya sebutkan sebelumnya. Karena dia pernah punya pengalaman kurang mengenakan naik bus tersebut. Kami menunggu cukup lama di sana. Sengaja tidak ke Terminal Bekasi karena pikir kami sama saja. Toh, busnya akan lewat pintu tol juga.

Akhirnya, menjelang pukul 09.00 bus Arimbi muncul juga. Kami langsung naik bus tersebut. Cukup dengan ongkos Rp 35.000 kami sampai ke Pelabuhan Merak. Kalau dilihat di Google Maps perjalanan yang kami tempuh harusnya selama kurang lebih 2 jam. Namun, karena ini angkutan umum jadi harap maklum saja, kalau estimasi waktu tersebut agak molor. Bus tersebut beberapa kali mengubah arah ke terminal di Serang dan pintu tol untuk mengangkut penumpang. Oh ya, info tambahan nih. Untuk naik bus ini tidak perlu memesan tiket ya, langsung saja naik dan membayar ketika ditagih oleh kenek bus. Ini bukan bus antar provinsi yang harus memesan tiket terlebih dahulu.


2. Kapal Ferry eksekutif

Setelah sampai di Pelabuhan Merak, kami menuju dermaga kapal eksekutif. Ya, kami memilih untuk naik kapal eksekutif yang tarifnya Rp 50.000/orang. Fyi, untuk kapal ferry ada dua jenis, yaitu kapal ferry eksekutif dan reguler. Untuk reguler biayanya sebesar Rp 15.000/orang.

Pelabuhan Merak
Bangunan pelabuhannya mengagumkan, seperti bandara saja. Baik itu di Merak, maupun Bakauheuni. Fasilitas dan layanannya memang beda antara eksekutif dan reguler. Ada harga ada kualitas. Mulai dari Mbak-mbak petugas yang anggap saja sebagai pramugarinya di kapal, tempat duduk, jarak tempuh, dll. Jarak tempuhnya pun lebih cepat yaitu kurang lebih 1,5 jam. Sedangkan, kapal reguler selama 2 jam. Juga jadwalnya pun untuk eksekutif setiap 1 jam sekali, sedangkan reguler tiap 2 jam.

Kemudian, dengan setengah berlari karena sampai di Merak menjelang pukul 12.00, kami langsung ke lantai 2 untuk membeli tiket. Untungnya petunjuk arah di sana begitu jelas, jadi tidak perlu bingung. Saat di perjalanan menuju Merak, saya sempat mencari informasi di Mbah Google kalau harus menyiapkan kartu elektronik (e-money, tapcash, brizzi, dll) untuk membeli tiket kapal. Saya punya beberapa kartu elektronik, tetapi belum sempat top up. Eitsss tenang... disana ada counter untuk top up kartu elektronik. Saya meminjamkan salah satu kartu ke teman saya agar bisa membeli tiket. Tadinya kami kira satu kartu hanya bisa membeli satu tiket kapal. Rupanya, dari satu kartu bisa membeli lebih dari satu tiket. Tahu begitu, kami tidak perlu top up untuk dua kartu elektronik. Pelajaran saja ya buat kalian, biar hemat waktu juga.

Ruang penumpang kapal eksekutif (Sumber : https://visioneernews.com)
Akhirnya, kami masuk ke dalam kapal. Langsung mencari tempat duduk. Memilihnya bebas saja ya. Ketika masuk ke ruang penumpang, saya dibuat takjub kembali dengan tampilan ruang penumpang yang begitu nyaman. Ada banyak kursi yang tersedia. Jangan takut kehabisan tempat duduk. Ada satu hal penting nih saat duduk di dalam ruang penumpang, yaitu jangan tiduran di bangku kalau tidak ingin ditegur oleh petugas. Hal tersebut juga bisa mengganggu kenyamanan yang lain. Dengan posisi duduk saja sudah nyaman kok. Saya dan Mbak Nur saja tidak mau beranjak dari bangku kami sampai kapal tersebut berlabuh di Bakauheni.

Ruang penumpang kapal eksekutif (Sumber : https://idntimes.com/)
Tadinya, kami kira kapal ferry tersebut akan berangkat tepat pukul 12.00. Tenyata, kapal ferry bisa delay juga. Sekitar pukul 12.30 kapal baru berangkat. Fyi, buat kalian yang memang sudah punya jadwal pasti untuk berangkat, lebih baik membeli tiket kapal pada hari-hari sebelumnya di https://www.indonesiaferry.co.id/. Hal ini untuk menghindari antrian saja saat masuk kapal. Itu kalau kalian sudah yakin mau berangkat jam berapa ya naik kapalnya. Kalau kami kemarin, karena belum tahu terkait info ini, juga tidak bisa memastikan akan sampai di Merak jam berapa, jadi kami membeli di sana saja langsung.


3. Kendaraan Bakauheni-Bandar Lampung

Nah, kenapa yang terakhir saya tulis judulnya bukan bus?
Itu karena sempat ada peristiwa yang harus membuat kami mengubah rencana. Awalnya, ketika sampai kami berencana akan naik bus eksekutif yang tersedia di Pelabuhan Bakauheni. Jujur saja, untuk mencari info terkait kendaraan dari Bakauheni menuju Bandar Lampung sangatlah minim. Tidak se-detail dan sebanyak info untuk transportasi umum di Pulau Jawa. Sehingga, salah satu harapan saya lewat tulisan ini agar bisa menjadi referensi ter-update bagi yang akan melakukan perjalanan menuju Bandar Lampung.

Jadi, sesampainya di Bakauheni kami akan naik bus eksekutif menuju Bandar Lampung (Terminal Rajabasa). Ongkosnya sama seperti bus yang kami tumpangi dari Bekasi ke Merak, yaitu Rp. 35.000. Dengan santainya kami menuju toilet terlebih dahulu. Setelah itu, coba bertanya ke petugas di sana untuk meyakinkan info yang kami dapat tersebut benar. Setelah yakin, kami menuju pintu keluar. Dipandu oleh petugas, kami diarahkan ke tempat tunggu bus. Sempat saya melihat bus merah yang tadinya terpakir di samping pintu keluar berjalan menuju pintu keluar parkir. Kami duduk belum sampai 5 menit di sana, sebelum akhirnya saya bertanya kepada supir bus yang sedang duduk di samping bus berwarna hijau, terkait apakah bus ini masih lama berangkatnya karena saya hendak masuk lagi ke dalam melihat-lihat sekitar. Namun, jawaban sang supir buat saya kaget karena bus tersebut baru akan berangkat menunggu kapal berikutnya berlabuh sekitar 2 jam lagi.

Kami tidak ingin menghabiskan waktu 2 jam hanya untuk menunggu bus tersebut berangkat. Saya mengajak Mbak Nur ke dalam lagi menuju petugas informasi menyakan alternatif transportasi. Kami disarankan untuk naik ojek dahulu lalu menuju terminal bus di luar area pelabuhan. Jika, ditempuh berjalan kaki lumayan jauh juga. Petugas tersebut memanggil 2 ojek dan sudah kami tanyakan ongkos untuk ojek tersebut masing-masing Rp.15.000.


Ditengah jalan, Bapak ojek yang saya tumpangi memberikan saran agar kami naik travel saja dibandingkan bus.

"Kalau naik bus bakal banyak calo, Dek. Entar ditawarin sana-sini. Kalau travel bisa dianter sampai tempat tujuan." begitu katanya.

Segera saya memutar otak dan meminta untuk kedua ojek tersebut memperlambat laju kendaraannya karena saya hendak mengajak diskusi sebentar Mbak Nur. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengikuti saran alternatif yang ditawarkan oleh tukang ojek tersebut. Sesampainya di tempat dimana travel-travel tersebut mangkal, tukang ojek yang membawa saya langsung memanggil salah satu supir. Saya tahu dia minta bagian dengan supir travel karena telah membawa penumpang. Tapi, ini hal biasa, bukan?

Mobil Travel
Bisa dibilang ini travel tidak resmi. Mobilnya berupa Toyota Avanza atau Daihatsu Xenia. Tapi, insyaAllah aman karena banyak penumpang yang naik travel ini. Ongkos yang kami harus keluarkan yaitu sebesar Rp 50.000. Tadinya saya sempat menanyakan ke tukang ojek apakah travel tersebut lewat tol Trans Sumatera? Katanya iya. Ternyata, lewat jalan biasa. Hadeuhhh... Maksud saya menanyakan hal tersebut karena bus eksekutif yang meninggalkan kami tadi melewati jalan tol. Otomatis, harusnya dapat sampai lebih cepat.

Namun, setelah dipikir-pikir mungkin memang sudah jalannya kami harus naik tarvel ini. Karena kami menginap di daerah Teluk Betung yang letaknya sebelah selatan Bandar Lampung. Sedangkan, bus eksekutif tersebut berhenti di terminal Rajabasa yang letaknya ke arah utara. Mungkin, bisa saja kami minta berhenti di tengah jalan sebelum sampai terminal. Tetap saja, nantinya kami akan memesan taksi online untuk sampai ke penginapan kami. Sedangkan, dengan naik travel ini kami diantar sampai ke penginapan.

Berikut sedikit gambaran biaya transportasi dari Bekasi (Bekasi Timur) ke Bandar Lampung (Teluk Betung):

(Realisasi Perjalanan)
Bus Arimbi Bks-Mrk  : Rp 35.000
Kapal Ferry Eksekutif : Rp 50.000
Ojek                             : Rp 15.000
Travel                          : Rp 50.000
Total                            : Rp 150.000

(Rencana Awal)
Bus Arimbi Bks-Mrk  : Rp 35.000
Kapal Ferry Eksekutif : Rp 50.000
Bus Eksekutif              : Rp 35.000
Taksi online                 : Rp 20.000
Total                            : Rp 140.000

Kalau dihitung-hitung, ongkos jalan ngeteng ini lebih murah setengah kali dari ongkos kalau naik pesawat. Sebenarnya, alternatif yang kami jalani kemarin tidak terlalu berbeda jauh. Dan bagi kalian yang ingin lebih murah lagi bisa naik kapal reguler yang ongkosnya hanya Rp 15.000/orang. Semua tergantung pilihan kalian mau pilih alternatif yang mana.

Terkait ngeteng Bekasi-Bandar Lampung saya cukupkan di sini. Pada postingan selanjutnya, saya akan share tentang Milad FLP, juga tidak ketinggalan pastinya tentang jalan-jalan selama di Bandar Lampung. Jadi, ditunggu saja ya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku "Second Chance : Rago, Irfan dan Fajar"

Judul     : Second Chance Penulis  : Rago, Irfan dan Fajar Tahun    : 2016 Penerbit : Pastel Books "Lampaui Batasmu!" Yah, tagline pada cover buku ini sesuai dengan perjuangan ketiga penulis untuk melampaui batas, yaitu Rago, Irfan dan Fajar. Keterbatasan yang mereka alami tidak menjadi penghalang. Dan kesamaan nasib juga yang mempertemukan mereka, sehingga dapat menulis buku ini. Berawal dari kisah Rago yang mengalami kecelakaan ketika panjat tebing di Tebing Citatah 48. Dia terjatuh sehingga membuat tangan kanannya tidak berfungsi seperti sediakala. Membuatnya mau tidak mau menjadi kidal. Putus asa? Pasti dirasakannya. Bahkan, pernah berada dititik terendah. Hal yang sama juga dialami oleh Irfan. Bedanya, Irfan mengalami kecelakaan ketika wall climbing. Dia terjatuh dari ketinggian 10 m. Sempat divonis tidak akan bisa berjalan kembali. Namun, Irfan mematahkan semua itu. Dari apa yang telah dia alami, Irfan bahkan telah menulis buku berjudul Tab...

Review Buku "Kembara Rindu"

Judul Buku : Kembara Rindu Penulis : Habiburrahman El Shirazy Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2019 Jumlah Hal : 266 Hal Karya-karya dari Kang Abik memang selalu dinanti-nanti. "Kembara Rindu" adalah novel terbaru yang terbit di akhir tahun 2019. Yang membuat terasa istimewa ketika membaca ini ialah latar tempat yang berlokasi di Lampung. Karena sekitar dua minggu lalu, saya baru saja dari sana. MasyaAllah. Pada buku ini tepatnya di Liwa yang masuk Kabupaten Lampung Barat. Jika dilihat pada bagian sampul tertulis bahwa ini adalah buku pertama dari Dwilogi Pembangun Jiwa. Pada halaman terakhirnya pun (hal 266) dengan huruf kapital tertulis "NOVEL PERTAMA SELESAI". Itu artinya akan ada novel lanjutan dan membuat saya tidak sabar untuk membaca lagi kelanjutan kisahnya. Cerita diawali dengan seorang gadis penjual gorengan dan air mineral di tangga masuk serambi masjid. Gadis yang memakai jaket usang, bercelana panjang dan menutupi rambutnya dengan topi...