Langsung ke konten utama

Review "Pesawat Kertas"

One of unique books yang pernah saya tahu. Pertama kali, lihat buku semungil dan setipis itu. Tapi, dapat mengisi kekosongan saat sedang menunggu. 

Buku ini saya dapatkan langsung dari penulisnya ketika mengikuti sebuah seminar kepenulisan dengan cara agak "nyolot". Lebih dari sekali saya sudah membaca "Pesawat Kertas". Total halamannya tidak sampai 100 hal dan ukurannya sekitar setengah dari A5 (lebar sedikit), serta font tulisan yang mungkin sekitar < 10 Times New Roman.

Isinya tentang apa?

Pesawat Kertas berisi kumpulan cerpen yang ditulis seminimalis mungkin oleh Noor H. Dee. Minimalis dalam artian positif ya. Terkesan simpel tapi "ngena". Terlihat dari judul-judul cerpen yang seakan  banyak terinspirasi dari hal-hal di sekitar, seperti Lukisan, Langit, Kacamata, Pintu, dll. Cerpen berjudul "Wajah" jadi salah satu favorit saya karena membuat agak dongkol di akhirnya. Selain itu, ada suasana tersendiri yang dibangun untuk tulisan di buku ini. Suram. Namun, tidak mengerikan seperti yang dibayangkan. 

Satu hal yang saya perhatikan dari hampir tiap cerpennya yaitu karakter hanya berupa "lelaki itu" atau "perempuan itu". Jangan harap ada tokoh dengan nama yang biasa ditemui di cerpen pada umumnya. Meskipun demikian, penulis dapat meracik tulisannya agar tidak terasa monoton bertemu dengan sebutan lelaki itu atau perempuan itu. 

Dari buku ini saya menyadari bahwa menulis itu sebenarnya mudah. Ide bertebaran di mana-mana. Tinggal kita mau atau tidak menuliskannya?.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh...

Buku "Second Chance : Rago, Irfan dan Fajar"

Judul     : Second Chance Penulis  : Rago, Irfan dan Fajar Tahun    : 2016 Penerbit : Pastel Books "Lampaui Batasmu!" Yah, tagline pada cover buku ini sesuai dengan perjuangan ketiga penulis untuk melampaui batas, yaitu Rago, Irfan dan Fajar. Keterbatasan yang mereka alami tidak menjadi penghalang. Dan kesamaan nasib juga yang mempertemukan mereka, sehingga dapat menulis buku ini. Berawal dari kisah Rago yang mengalami kecelakaan ketika panjat tebing di Tebing Citatah 48. Dia terjatuh sehingga membuat tangan kanannya tidak berfungsi seperti sediakala. Membuatnya mau tidak mau menjadi kidal. Putus asa? Pasti dirasakannya. Bahkan, pernah berada dititik terendah. Hal yang sama juga dialami oleh Irfan. Bedanya, Irfan mengalami kecelakaan ketika wall climbing. Dia terjatuh dari ketinggian 10 m. Sempat divonis tidak akan bisa berjalan kembali. Namun, Irfan mematahkan semua itu. Dari apa yang telah dia alami, Irfan bahkan telah menulis buku berjudul Tab...

Review Buku "Kembara Rindu"

Judul Buku : Kembara Rindu Penulis : Habiburrahman El Shirazy Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2019 Jumlah Hal : 266 Hal Karya-karya dari Kang Abik memang selalu dinanti-nanti. "Kembara Rindu" adalah novel terbaru yang terbit di akhir tahun 2019. Yang membuat terasa istimewa ketika membaca ini ialah latar tempat yang berlokasi di Lampung. Karena sekitar dua minggu lalu, saya baru saja dari sana. MasyaAllah. Pada buku ini tepatnya di Liwa yang masuk Kabupaten Lampung Barat. Jika dilihat pada bagian sampul tertulis bahwa ini adalah buku pertama dari Dwilogi Pembangun Jiwa. Pada halaman terakhirnya pun (hal 266) dengan huruf kapital tertulis "NOVEL PERTAMA SELESAI". Itu artinya akan ada novel lanjutan dan membuat saya tidak sabar untuk membaca lagi kelanjutan kisahnya. Cerita diawali dengan seorang gadis penjual gorengan dan air mineral di tangga masuk serambi masjid. Gadis yang memakai jaket usang, bercelana panjang dan menutupi rambutnya dengan topi...