Langsung ke konten utama

Dari Perbendaharaan Lama-Kemasan Bacaan Sejarah Yang Menarik Dan Berisi



Judul    : Dari Perbendaharaan Lama-Menyingkap Sejarah Islam Nusantara
Penulis : Prof. Dr. Hamka
Pnerbit : Gema Insani
Tahun Terbit : 2017
Jika menyebutkan nama "Hamka", rasanya tidak perlu diragukan lagi karya-karya dari beliau. "Dari Perbedaharaan Lama-Menyingkap Sejarah Islam Di Nusantara" (DPL) adalah satu dari sekian ratus karyanya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Karyanya kali ini memberikan sensasi membaca yang berbeda dibandingkan buku-buku sejarah zaman sekolah dahulu. Karena menyajikan fakta-fakta sejarah dengan lebih menarik. Memang tidak semua disampaikan secara detail. Namun, itu semua telah mewakili untuk tema pada buku ini.

Bahasanya yang mudah dipahami membuat ingin terus membaca tiap lembarnya. Memang masih ada beberapa disana-sini terasa kental tata bahasa Melayu dalam susunan kata-katanya. Saya yakin pada mulanya tulisan pada buku ini menggunakan bahasa Melayu. Saya juga yakin bahwa buku ini sudah berusaha disesuaikan dengan ejaan terbaru. Meskipun begitu, adanya ejaan Melayu membuat keotentikannya lebih terasa.

Banyak hal menarik dari buku ini. Apalagi pada bab kedua. Sebabnya membahas terkait Kesultanan Palembang. Rupanya, ada pengaruh dari Demak. Mungkin itu sebabnya saya lebih mengerti jika ada yang berbicara bahasa Jawa (hehe...). Terlepas dari itu semua memang demikian adanya. Ada beberapa kosakata yang mirip, seperti sugih-kaya, lali-lupa, atau teringat saya dengan salah seorang guru SMA dahulu yang mengatakan bahwa orangtua zaman dulu di lingkungan dekat rumahnya menyebutkan kata "aku" yaitu "kulo" yang artinya sama seperti pada bahasa Jawa.

Selain itu, ada beberapa catatan-catatan penting lainnya dari buku ini. Walaupun saya tahu, seluruh bagian buku ini adalah penting. Seperti pada hal. 108 :

"... Apabila bangsa kita telah lemah, tidak dapat melawan lagi, mereka membuat cerita."

Hal ini dibuktikan oleh penulis pada bagian (bab) kelima. Panjang lebar cerita itu disampaikan dalam bentuk dongeng-dongeng yang terkumpul pada bab tersebut. Adapula yang lainnya, masih berkaitan dengan bagian kelima, pada sub bab pertama menjelaskan tentang hidup berbangsa berdasarkan Islam. 

DPL jadi bukti untuk kesekian kalinya atas keluasan ilmu seorang Hamka. Seseorang dari ranah Minang yang kedalaman ilmu dan pengetahuannya menjalar bagian barat hingga timur. 

Membaca buku bertema sejarah sering kali membuat suasana hati menjadi sedih. Padahal ini buku sejarah, tapi rasanya seperti membaca novel yang akhir ceritanya sad ending. Namun, mencatatatkan sejarah gemilang untuk bangsa. "Dari Perbendaharaan Lama" memperlihatkan bahwa para raja juga manusia, memiliki hal baik dan buruk yang melekat pada masing-masing individu. Hendaknya apa-apa yang dituliskan oleh Hamka pada buku ini dapat dijadikan pelajaran berharga dan sebagai sumber pengetahuan.

Jika boleh menyebutkan, satu dari sekian yang membuat sedih hati ialah pada bab kedua-bagian ketujuh yang menceritakan tentang "Lambang Rasa Kecewa". Menjadi cikal bakal adanya dendam yang terhunus hingga ratusan tahun ke depan. Kisah tentang asal usul kaum Syi'ah. Seperti yang saya sampaikan di awal, tidak mungkin penulis menyampaikan segalanya secara detail dan menyeluruh. Penulis tahu betul mana yang harus dimasukkan pada bagian-bagian sejarah Islam di negeri ini.

DPL hendak menyampaikan bahwa bangsa ini pernah berjaya dengan segala kisah sejarah di belakangnya. Membuat rasa bangga itu muncul selama merampungkan karya luar biasa ini. Terakhir,  buku ini juga mengingatkan peranan besar Islam dalam pembentukan negeri kita tercinta.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh

Menyoal Hadits-Hadits Populer

Judul : Menyoal Hadits-Hadits Populer (Upaya Mengenali Sunnah yang Benar, Bukan yang Terkenal) Penulis : Adi Hidayat Penerbit : Institut Quantum Akhyar Tahun terbit : 2018 Membaca buku ini semakin membuat saya kagum dengan sosok Ust.Adi Hidayat. Sangat terlihat kedalaman ilmu yang beliau miliki. Menyadarkan betapa masih dangkalnya ilmu agama yang saya ketahui. Total ada 17 hadits populer yang dibahas. Terdengar sedikit memang, tetapi jika telah membaca buku ini saya yakin Anda akan berubah pikiran. Sesuai yang tertera pada cover, sebagai upaya mengenali sunnah yang benar, bukan yang terkenal. Beliau membahas hadits-hadits tersebut cukup terperinci dengan menambah bukti-bukti ilmiah, periwayat hadits dan rangkaian sanadnya, penilaian para ulama, hingga membuat kesimpulan hampir tiap pembahasan. Hanya dua bahasan hadits yang tidak terdapat kesimpulan dan menyerahkannya kepada pembaca. Selain itu, bukan main-main karena beliau mencari referensi 1235 kitab pada pustaka ele

Review "Sabtu Bersama Bapak"

"Sabtu Bersama Bapak" menjadi novel pertama karya Aditya Mulya yang saya baca. Mungkin ada yang sudah menonton versi filmnya?  Saya sendiri baru menyelesaikan buku dan filmnya. Tentu membaca novelnya lebih diutamakan. Seperti yang diketahui, kalau film yang mengadaptasi kisah dari novel, maka jangan berekspektasi tinggi. Jika menginginkan versi lengkap alangkah baiknya membaca novelnya dahulu. Dalam buku ini menceritakan bagaimana seorang ayah tetap bisa mendampingi anak-anaknya, meski dia tidak dapat berada di sisi mereka hingga tumbuh dewasa. Setelah divonis penyakit kanker dan tidak akan hidup lama, Gunawan Garinda merencanakan untuk membuat video yang diamanahkan kepada istrinya agar diputarkan setiap Sabtu untuk anak-anak mereka, Satya dan Saka. Kehidupan kakak beradik yang berbeda. Ibu yang begitu tegar. Juga Ayah yang penuh perencanaan dan tidak akan membiarkan keluarganya kesusahan sepeninggalannya. Masing-masing tokoh punya porsi sendiri. Akan tetapi, pada versi buku