Langsung ke konten utama

Trip to Jogja

Berawal dari ajakan seorang teman yang bisa dibilang dadakan kayak tahu bulet. Gimana ga? Soalnya ga ada angin ga ada apa tiba-tiba ngajakin jalan ke Jogja 2 minggu sebelumnya. But, trip ke Jogja kali ini dapat saya katakan bahwa lebih menyenangkan and I got many experiences. InsyaAllah akan saya bagikan pengalaman saya selama disana :)

Kami disana selama 4 hari 3 malam dan transportasi yang dipilih adalah kereta. Kami berangkat dengan kereta Senja Utama Solo pukul 22.00 dan sampai pada keesokan harinya pukul 05.53 WIB.

(Day 1)

Dari Stasiun Tugu, kami langsung menuju Indonesia Hotel. Lokasinya berada di Jl.Sosrowijayan, masih di sekitar kawasan Malioboro. Hotel ini bukan seperti hotel berbintang pada umumnya. Bisa dibilang lebih seperti losmen. Namun, bagi yang hanya membutuhkan tempat untuk tidur, khususnya para backpaker, saya merekomendasikan tempat ini. Harga kamar per malamnya pun tidak terlalu mahal. Kami memilih kamar yang standar dengan kipas angin seharga Rp 105.000 per malam. Tempat menginap ini, saya dapat rekomendasi dari seorang teman yang pernah menginap disana bersama keluarganya. Yang saya sukai setiap kamar memiliki kamar mandi sendiri, karena saya tidak terlalu suka kamar menginap yang kamar mandinya dipakai bersama.
Hasil gambar untuk indonesia hotel jogja 
(Sumber : https://www.tripadvisor.co.id/) 

Alhamdulillah, kami dapat langsung check-in pagi itu juga. Segera kami membersihkan badan, istirahat sejenak dan bersiap untuk list pertama kami, Candi Borobudur.

Kami telah berencana untuk menyewa motor selama di Jogja. Namun, pada hari pertama, sengaja untuk tidak menggunakan motor dahulu. Yah, untuk memulihkan tenaga setelah perjalanan semalam.
Untuk sampai ke list pertama kami ini, saya sudah tanyakan kepada salah seorang teman kantor. Dari informasi tersebut, kami disarakan untuk naik bus dari Terminal Jombor, karena banyak bus yang langsung menuju Candi Borobudur, lebih tepatnya Terminal Borobudur.

Dari hotel, kami memesan taksi daring menuju Terminal Jombor, jaraknya sekitar 7 km. Kemudian, kami naik bus Cemara Tunggal. Bus ini tujuan akhirnya Terminal Borobudur yang letaknya sekitar 2 km dari situs candi. Ongkos yang kami keluarkan sebesar Rp 20.000/orang.

Bus Cemara Tunggal

Setelah sampai di Terminal Borobudur, banyak tukang becak yang menawarkan diri untuk mengantarkan ke candi. Namun, kami lebih memilih berjalan kaki. Bukan apa-apa, kami hanya ingin menikmati perjalanan (alasan, bilang aja ngirit haha). Nyatanya memang tidak terlalu jauh jika dinikmati, asekkkk :D

Tiket masuk Candi Borobudur sebesar Rp 40.000 (turis domestik/dewasa). Dan ini salah satu view yang bisa kalian lihat jika berada diatas bagian Candi Borobudur.

Candi Borobudur

Untuk hari pertama kami hanya ke Candi Borobudur. Sebenarnya ada tempat lain yang dapat dikunjungi seperti Gereja Ayam dan Punthuk Setumbu. Tapi, kami belum tertarik untuk kesana.
Hari pertama memang sengaja kami luangkan waktu istirahat lebih karena besok harinya dan hari berikutnya kami berdua akan melakukan perjalanan menggunakan motor.
Malamnya kami makan di angkringan,  dekat stasiun Tugu. Jika kalian ke Jogja belum lengkap rasanya jika tidak makan di angkringan :)

(Day 2)

Seharusnya, pada hari ke-2 rencana kami adalah ke Mangunan. Apalah daya, kami kesiangan. Alhasil, rencana berubah. Yang semula pergi ke Pantai Parangtritis direncanakan pada hari ke-3, maka kami majukan pada hari ke-2. Bismillah kami meluncur ke arah Selatan. Jarak yang ditempuh sekitar 31 km. Sebagai informasi, selama perjalanan ini kami bermodal Google Maps. Terpujilah kepada orang yang menemukan ide aplikasi yang bermanfaat ini. Perjalanan yang kami sekitar 45-50 menit untuk sampai ke Pantai Parangtritis.
And Woalahhh... Ini lah Pantai Parangtritis...
Pantai Parangtriris
Pantai Parangtriris 

Tidak jauh dari Pantai Parangtritis, kalian juga bisa ke Pantai Pelangi, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, dan pantai-pantai lainnya di sekitar Bantul. Nah, jika kalian ingin makan seafood, silakan mampir ke Pantai Depok. Karena disana banyak tempat makan yang menjual makanan olahan seafood. 

Disekitar Pantai Parangtritis ada juga tempat yang namanya Gumuk Pasir. Tapi, kami tidak menepi disana karena cacing-cacing di perut sudah memanggil-manggil kami haha. Selain itu, hari sudah semakin siang dan terik matahari sudah menari-nari di ubun-ubun. Ada beberapa gumuk pasir disana, seperti Gumuk Pasir Barchan dan Gumuk Pasir Parangkusumo. Mungkin, dilain kesempatan, saya akan kesana.

Setelah bahan bakar di perut sudah terisi, kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke kota Jogja. Tetapi, kami tidak langsung kembali ke penginapan. Kami menuju Taman Sari. 

Taman Sari Jogja 

Sekitar Taman Sari, juga ada tempat yang harus kalian kunjungi seperti Masjid Bawah Tanah.

(Day 3)

Alhamdulillah, hari ke-3 kami tidak kesiangan. Kami sudah terbangun dari pukul 03.00. Kemudian, langsung bersiap dan berangkat pukul 04.00. Tujuan pertama kami adalah Kebun Buah Mangunan. Kenapa harus sepagi itu? Karena ini yang ingin kami saksikan...

Kebun Buah Mangunan

Seperti di atas awan ya... 

Dan ini, salah satu spot di Jurang Tembelan yang hanya 5 menit dari Kebun Buah Mangunan.
 
Jurang Tembelan 

Dari sini kami langsung menuju Batu Songgo Langit. Lalu, ke Puncak Pinus Becici. For your information, sekitar Mangunan cukup banyak tempat wisata lainnya, seperti Bukit Panguk Kediwung, Hutan Pinus Asri, Hutan Pinus Mangunan, Goa Gajah, dsb. Banyak tempat wisata yang sejenis, maksudnya seperti hutan pinus atau bukit yang dapat view seperti negeri di atas awan yang saya kunjungi. Jadi, kami tidak terlalu banyak memilih ke tempat yang spot fotonya hampir serupa. Karena tidak terlalu berbeda.

Menurut saya, untuk tiket masuk di tempat-tempat wisata yang saya kunjungi di Mangunan, bisa dikatakan termasuk dalam kategori sangat murah.

Rata-rata setiap kami masuk hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 7.000. Itu sudah termasuk tiket masuk dan parkir motor yah...
Oh ya, saya hampir lupa. Jangan khawatir jika ingin menyewa motor atau mobil. Di Jogja, banyak tempat untuk sewa kendaraan, bahkan seperti tempat motor yang kami sewa, dapat antar-jemput motornya. Biaya untuk sewa motor berkisar Rp 60.000-85.000, tergantung jenis motor yang ingin disewa.
       Puncak Pinus Becici

Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Hutan Pinus Pengger. Sengaja kami jadikan tujuan terakhir karena tempat ini memang dinanti pemandangannya saat malam hari.

Hutan Pinus Pengger

Dan kerennya, ditengah kumpulan pepohonan pinus, saya merasa seperti pohon-pohon pinus itu "bernyanyi". Karena gesekan-gesekan yang terjadi antar ranting pohon pinus yang ditiup angin.
 Hutan Pinus Pengger

Sebenarnya, saya sedikit kecewa karena tidak bisa mengambil gambar di salah satu spot yang sudah saya incar. Soalnya, saya dan teman saya tidak tahu bahwa spot tersebut dibuat "eksklusif" dengan memakai jasa fotografer dan harus bayar. Masalahnya bukan karena bayarnya juga, tapi cukup banyak orang yang mengantri untuk difoto. Wajar saja jika jadi "eksklusif", karena backgroundnya adalah cahaya-cahaya lampu dari rumah di bawahnya.

Hutan Pinus Pengger

Ini spot foto yang saya inginkan pada malam hari...

Hutan Pinus Pengger
 
Jadi, kami memilih untuk mengambil gambar di spot yang lain dan tidak kalah bagus.

(Day 4)

Dihari terakhir, kami ke De Mata Trick Eye Museum yaitu museum 3 dimensi dengan ratusan spot foto yang menarik. Beberapa tempat di kota-kota lain di Indonesia sudah ada tempat wisata ini. Disana ada juga De Arca dan De Walik.

De Mata Trick Eye

Malamnya kami pulang dengan kereta Jayakarta Premium.

Saya ingin berbagi sedikit informasi tambahan terkait biaya yang dikeluarkan.
Tiket kereta = Rp 480.000
Penginapan (3 malam/orang) = Rp 165.000
Sewa motor = Rp 105.000
Total              = Rp 750.000

Itu semua biaya yang saya keluarkan diluar makan, oleh-oleh, dan tiket masuk tempat wisata. Untuk tiket kereta, saya tidak dapat harga dibawah Rp 200ribu. Mungkin, karena dadakan tadi.
Semoga apa yang saya bagikan bisa bermanfaat, khususnya bagi yang belum pernah ke tempat-tempat yang sudah saya dan teman saya kunjungi.

So, yuk jalan-jalan... :)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh

Menyoal Hadits-Hadits Populer

Judul : Menyoal Hadits-Hadits Populer (Upaya Mengenali Sunnah yang Benar, Bukan yang Terkenal) Penulis : Adi Hidayat Penerbit : Institut Quantum Akhyar Tahun terbit : 2018 Membaca buku ini semakin membuat saya kagum dengan sosok Ust.Adi Hidayat. Sangat terlihat kedalaman ilmu yang beliau miliki. Menyadarkan betapa masih dangkalnya ilmu agama yang saya ketahui. Total ada 17 hadits populer yang dibahas. Terdengar sedikit memang, tetapi jika telah membaca buku ini saya yakin Anda akan berubah pikiran. Sesuai yang tertera pada cover, sebagai upaya mengenali sunnah yang benar, bukan yang terkenal. Beliau membahas hadits-hadits tersebut cukup terperinci dengan menambah bukti-bukti ilmiah, periwayat hadits dan rangkaian sanadnya, penilaian para ulama, hingga membuat kesimpulan hampir tiap pembahasan. Hanya dua bahasan hadits yang tidak terdapat kesimpulan dan menyerahkannya kepada pembaca. Selain itu, bukan main-main karena beliau mencari referensi 1235 kitab pada pustaka ele

Review "Sabtu Bersama Bapak"

"Sabtu Bersama Bapak" menjadi novel pertama karya Aditya Mulya yang saya baca. Mungkin ada yang sudah menonton versi filmnya?  Saya sendiri baru menyelesaikan buku dan filmnya. Tentu membaca novelnya lebih diutamakan. Seperti yang diketahui, kalau film yang mengadaptasi kisah dari novel, maka jangan berekspektasi tinggi. Jika menginginkan versi lengkap alangkah baiknya membaca novelnya dahulu. Dalam buku ini menceritakan bagaimana seorang ayah tetap bisa mendampingi anak-anaknya, meski dia tidak dapat berada di sisi mereka hingga tumbuh dewasa. Setelah divonis penyakit kanker dan tidak akan hidup lama, Gunawan Garinda merencanakan untuk membuat video yang diamanahkan kepada istrinya agar diputarkan setiap Sabtu untuk anak-anak mereka, Satya dan Saka. Kehidupan kakak beradik yang berbeda. Ibu yang begitu tegar. Juga Ayah yang penuh perencanaan dan tidak akan membiarkan keluarganya kesusahan sepeninggalannya. Masing-masing tokoh punya porsi sendiri. Akan tetapi, pada versi buku