Langsung ke konten utama

One Day Trip in Kuala Lumpur

Satu hari jalan-jalan di KL, emang bisa? kemana aja? Bisa dong. Kemana ajanya, nanti akan saya beri tahu. Saya pergi ke sana bersama seorang teman dan kita bisa dibilang trip ala backpacker. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk sebuah perjalanan, yaitu Itinerary. Pertama-tama, carilah info sebanyak mungkin mengenai tempat tujuan perjalananmu. Kemudian, pilihlah destinasi tempat yang ingin dikunjungi. Aturlah jadwal kunjungannya. Ada yang penting juga, cari tiket pesawat promo dan hotel untuk menginap. Sesuaikan dengan budget kamu juga ya. 
Selain itu, siapkan keperluan selama di sana, termasuk obat-obatan. Misalnya, Koyo/cream pereda pegal-pegal (e.g. Counterpain). Kalau kamu gak suka pakai koyo bisa alternatifnya pake cream yang bisa menghangatkan dan merilekskan otot-ototmu. Bagi saya, barang satu ini wajib dibawa, karena pasti akan berguna dan terpakai.
Lalu, juga fisik kamu harus sehat ya. Kan gak enak kalo mau jalan-jalan, eh kamunya lemes gitu. Abis jalan-jalan terus capek, ya wajarlah. Namanya juga jalan-jalan.
Oke... sekarang saya akan beri tahu destinasi one day trip kami. Sila dibaca...

1. Batu Caves
Batu Caves
Destinasi pertama kami adalah Batu Caves. Dari KL Sentral kami naik KTM Komuter tujuan ke Batu Caves. Ongkos per orang 2.60 RM.Waktu yang ditempuh sekitar tiga puluh menit perjalanan. Keluar stasiun, jalan sedikit sudah masuk area tempat wisata Batu Caves. Sekarang Batu Caves berwarna-warni loh. Fyi, sebelumnya polosan aja gitu. Memasuki areanya, sudah disambut dengan monyet dan burung merpati yang berkeliaran di sekitar tempat wisata ini. 

Info dari Bang Google, Batu Caves merupakan kuil Hindu dimana untuk mencapainya harus melewati 272 anak tangga. Nah, di sini kami hanya sebatas depannya saja. (Ku tak sanggup bila melangkah hingga ujung hehe). Kami harus menghemat tenaga untuk perjalanan seharian. Next time, jika ada kesempatan mungkin saya akan menaiki 272 anak tangga tersebut.

Kami berkunjung ke sana di siang hari yang cerah. Setelah puas berkeliling dan mengambil beberapa gambar, kami melihat-lihat kios jualan di sana. Jika ingin membeli souvenir, makanan dan minuman dapat kalian beli di sana. Untuk mendinginkan hati dan badan, kami membeli es krim.
Pulangnya kami kembali naik KMT Komuter ke KL Sentral. Transportasi ini sejenis KRL kalau di sini dan ada gerbong wanitanya juga loh. Tapi, gerbongnya ada di bagian tengah.

2. Central Market
Central Market

Jika ingin berbelanja oleh-oleh bisa membelinya di sini. Berbagai jenis souvenir, pakaian, hingga makanan tersedia di Central Market. Tempat ini tidak jauh dari hotel kami. Hanya berjarak kurang dari seratus meter. 


3. Masjid Jamek

Masjid Jamek
Sore-sore menjelang malam seru juga nongkrong di sekitar sini. Menjelang malam, ada air mancur menari loh di pelataran depan masjid yang mengarah ke sungai.

4. KL City Galery


KL City Gallery

Tempat ini juga wajib kamu kunjungi ya guys... Sayangnya kemarin karena kami berkunjungnya di sore hari, jadi sudah tutup. Alhasil, kami hanya berfoto di bagian depannya. Di seberang KL City Gallery, ada Museum Tekstil Negara. Tapi, kami juga tidak bisa masuk ke sana.


Museum Tekstil Negara
5. Dataran Merdeka
Lapangan Merdeka

Sumber dari Bang Google lagi, Dataran Merdeka atau Lapangan Merdeka merupakan tempat deklarasi kemerdekaan Malaysia. Diseberangnya ada Gedung Sultan Abdul Samad.

Gedung Sultan Abdul Samad
Fyi, kami merasa memilih hotel yang tepat, karena lokasinya yang strategis. Hotel kami berada di kawasan Central Market. Dan kami hanya berjalan kaki untuk sampai ke Masjid Jamek, KL City Gallery, dan Dataran Merdeka.

6. Menara Kembar Petronas

Menara Kembar Petronas

Terakhir, tempat iconic-nya Malaysia nih, Menara Kembar Petronas. Menuju ke sini kami naik  LRT Kelana Jaya tujuan KLCC. Keluar stasiun, kami memasuki Suria KLCC untuk menuju spot depan Menara Kembar Petronas. Sekalian cuci mata. Sesampainya di tempat yang kami tuju, ternyata banyak orang yang juga menikmati malam di depan menara ini. Setelah puas mengambil gambar, kami pun hendak pulang. Namun, tidak dengan LRT, kami memilih mengunakan taksi daring (Grab). Di sini ada satu cerita dari sekian kisah yang kami alami selama perjalanan ini.
Kami harus tiga kali meng-cancel dan di-cancel oleh pengemudi. Mulai dari driver yang tidak ada respon, driver yang sudah diperjalanan namun tiba-tiba meng-cancel (padahal sudah mau sampai hiks hiks), hingga paket data yang sudah semaput. Sehingga, tidak ada sinyal (red. paket internet) untuk memesan. 
Jujur saja, ketika itu saya sudah sangat lelah. Ditambah sedang ada tamu bulanan, juga hujan gerimis yang melanda malam itu. Badan sudah mulai terasa rontok. Terbayang kasur kamar hotel yang empuk memanggil-manggil.
Saya mengajak teman saya untuk berjalan masuk ke Suria KLCC. Saya sudah pasrah dan menguatkan diri untuk pulang dengan LRT dan berjalan kaki. Ketika berjalan masuk, saya beristighfar, meminta dikuatkan agar sanggup pulang dengan LRT. Saat baru beberapa meter kami masuk, tiba-tiba teman saya yang berjalan di belakang memanggil saya. Katanya, "Bisa order lagi nih". 
Entah bagaimana hal itu bisa terjadi? Sebenarnya, seharian itu kami sudah berusaha untuk menghemat pemakaian paket data internet. Segera kami menuju tempat penjemputan. Tetapi, ternyata kembali lagi tidak ada sinyal. 

"Gimana kalau minta tethering aja?", ide teman saya.

Saya sedang mencari incaran orang yang bisa kami mintai tolong mengikhlaskan sebagian paket internetnya untuk kami. Lalu, ada Pak Cik yang berjualan fish eye yang untuk kesekian kalinya menawarkan barang dagangannya. Dan untuk kesekian kalinya pula, kami menolak tawarannya. Tetapi, entah mengapa dia mengajak ngobrol kami. Hingga akhirnya dia tahu kalau kami kesulitan memesan Grab.

"Biar saya bantu order."

Langsung dia memesankan Grab untuk kami. Semoga Pak Cik yang telah menolong kami dimudahkan rezekinya. Aamiin.

Setiap perjalanan pasti ada kisah menarik dan ada hikmah dari setiap kejadiannya.



Keesokan paginya, kami sudah check out. Kami memutuskan untuk mencoba transportasi umum menuju bandara dengan KLIA ekspres. Biayanya 50 RM. Dibandingkan bis memang harganya jauh lebih mahal, tetapi ada harga ada waktu. Hanya sekitar tiga puluh menit kami sudah sampai di bandara KLIA 2.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh

Menyoal Hadits-Hadits Populer

Judul : Menyoal Hadits-Hadits Populer (Upaya Mengenali Sunnah yang Benar, Bukan yang Terkenal) Penulis : Adi Hidayat Penerbit : Institut Quantum Akhyar Tahun terbit : 2018 Membaca buku ini semakin membuat saya kagum dengan sosok Ust.Adi Hidayat. Sangat terlihat kedalaman ilmu yang beliau miliki. Menyadarkan betapa masih dangkalnya ilmu agama yang saya ketahui. Total ada 17 hadits populer yang dibahas. Terdengar sedikit memang, tetapi jika telah membaca buku ini saya yakin Anda akan berubah pikiran. Sesuai yang tertera pada cover, sebagai upaya mengenali sunnah yang benar, bukan yang terkenal. Beliau membahas hadits-hadits tersebut cukup terperinci dengan menambah bukti-bukti ilmiah, periwayat hadits dan rangkaian sanadnya, penilaian para ulama, hingga membuat kesimpulan hampir tiap pembahasan. Hanya dua bahasan hadits yang tidak terdapat kesimpulan dan menyerahkannya kepada pembaca. Selain itu, bukan main-main karena beliau mencari referensi 1235 kitab pada pustaka ele

Review "Sabtu Bersama Bapak"

"Sabtu Bersama Bapak" menjadi novel pertama karya Aditya Mulya yang saya baca. Mungkin ada yang sudah menonton versi filmnya?  Saya sendiri baru menyelesaikan buku dan filmnya. Tentu membaca novelnya lebih diutamakan. Seperti yang diketahui, kalau film yang mengadaptasi kisah dari novel, maka jangan berekspektasi tinggi. Jika menginginkan versi lengkap alangkah baiknya membaca novelnya dahulu. Dalam buku ini menceritakan bagaimana seorang ayah tetap bisa mendampingi anak-anaknya, meski dia tidak dapat berada di sisi mereka hingga tumbuh dewasa. Setelah divonis penyakit kanker dan tidak akan hidup lama, Gunawan Garinda merencanakan untuk membuat video yang diamanahkan kepada istrinya agar diputarkan setiap Sabtu untuk anak-anak mereka, Satya dan Saka. Kehidupan kakak beradik yang berbeda. Ibu yang begitu tegar. Juga Ayah yang penuh perencanaan dan tidak akan membiarkan keluarganya kesusahan sepeninggalannya. Masing-masing tokoh punya porsi sendiri. Akan tetapi, pada versi buku