Langsung ke konten utama

Hari terakhir Hijrah Fest 2018


Pagi, di hari Minggu, tanggal 11 November 2018 bertempat di JCC yang sudah dipenuhi oleh pengunjung Hijrah Fest 2018. Saya datang bersama seorang teman. Kami berangkat sekitar pukul 05.30 WIB sampai di JCC sekitar pukul 06.45 WIB. Baru sampai di halaman JCC, antrian pengunjung sudah luar biasa. Sampai bingung yang mana antrian masuk dan antrian penukaran tiket.
Sedikit cerita tentang tiket, kami baru membelinya H-2, karena awalnya tidak ada rencana untuk mengikuti acara ini. Cari-cari info tentang pembelian tiket, download aplikasi t-cash, sampai akhirnya dapat e-ticket via web hubb-asia. Alhamdulillah dipermudah, padahal dari info yang saya dapat tiket sudah habis. Namun, dibuka kembali karena masih banyak pertanyaan dan permintaan terkait tiket.


Cukup padat rangkaian acara pada hari terakhir Hijrah Fest 2018. Rangkaian acara Hijrah Fest 2018 diadakan mulai dari 9-11 November 2018. Kegiatannya berupa tausiyah yang diisi oleh banyak ustadz, seperti Ust. Bactiar Nasir, Ust. Hanan Attaki, AA Gym, Ust. Abdul Somad, Ust. Felix Siauw, Ust. Adi Hidayat, dan masih banyak lagi. Kemudian, solat berjamaah yang diimami oleh Muzammil Hasballah, Salim Bahanan, Syakir Daulay, dan Taqy Malik. Tidak hanya itu, di Hijrah Fest 2018 kami menyaksikan 3 orang yang mengucapkan syahadat. Bahkan, salah satunya ada yang melangsungkan akad. MasyaAllah.
Ada pula, teman-teman Tuli hadir menyampaikan bahwa mereka membutuhkan akses untuk dapat mengenal Islam. Salah satu dari mereka yang menyampaikan bahwa beliau baru 3 tahun belakangan dapat mengenal Islam dan saat ini beliau berusia 43 tahun.
Saya hanya datang satu hari dan itu di hari terakhir, bagaimana kalau saya datang selama 3 hari berturut-turut. Mungkin, lebih dalam lagi kesan dan banyak hal yang dapat saya peroleh dari acara ini.
Hadir di Hijrah Fest 2018, mengingatkan akan hakikat berhijrah dan mengistiqomahkan hijrah itu. Merasakan nikmat berhijrah itu sangatlah indah. Bahkan, selalu dirindukan. Berada di lingkungan yang selalu mengajak ke arah kebaikan, begitu nyaman.
Bicara tentang berhijrah, belakangan ini jika diperhatikan ada fenomena yaitu banyak dari kalangan artis yang berhijrah, dalam artian mengikuti pengajian-pengajian, ada pula yang membuat kelompok pengajian. Menurut saya, ini luar biasa, mereka adalah public figure yang tiap tindakannya menjadi sorotan orang banyak. Hal ini sangat positif, karena apa yang mereka lakukan dapat menjadi contoh bagi masyarakat di luar sana. Fyi, yang menjadi Ketua Panitia Hijrah Fest 2018 adalah Arie K. Untung. MasyaAllah.


Saya terkesima dengan ceramah Ust. Abdul Somad tentang kursi kayu yang dijual seharga Rp.15 juta. Orang hanya melihat keindahannya, tetapi  prosesnya banyak orang yang tidak tahu. Sangat mengapresiasi untuk perjuangan Arie K. Untung, dkk dapat menghadirkan Ust. Abdul Somad yang sedang ada safari dakwah di Aceh.

Saya pun terenyuh pada satu dari sekian isi ceramah Ust. Adi Hidayat mengenai Q.S. An-Nisa' : 100. Beliau mengatakan bahwa yang hadir pada malam itu diringankan langkahnya oleh Allah Subhanahu wata'ala karena Dia ingin merubah hidup kita dengan 3 kemuliaan yang dijanjikan pada ayat tersebut. Jika, belum juga dapat meraihnya untuk memperoleh 3 kemulian tersebut, maka dengan cara apalagi Allah menjadikan kita orang baik. Kurang lebih seperti itu yang disampaikan oleh beliau.

Saya langsung teringat dengan proses yang saya dan teman alami untuk datang ke acara ini. Terkesan dadakan, namun dimudahkan jalannya. Kami memang berniat untuk mengikuti acara seharian sampai penutupan. Dan yang diperoleh dari seluruh rangkaian acara, mulai dari kajian Ust. Abdul Somad hingga ditutup dengan Ust. Adi Hidayat adalah satu dari sekian skenario indah Allah Subhanahu wata'ala. Selain itu, dengan mengikuti Hijrah Fest 2018, Alhamdulillah dalam waktu kurang dari 1 bulan saya dapat mengikuti sebanyak 2 kali kajian yang diisi oleh Ust. Felix Siauw dan Ust. Abdul Somad.
Hijrah itu action setelah hidayah, tetapi yang membuat bagian dari hijrah itu mahal adalah keISTIQOMAHan. Semoga saya dan kalian yang membaca tulisan ini, baik yang sedang berHIJRAH diberikan keistiqomahan dan yang belum, semoga dapat segera menjemput hidayah untuk berhijrah. Karena hidayah itu harus dijemput. :)






Ini salah satu kenang-kenangan dari Hijrah Fest 2018.
Semoga tahun depan ada Hijrah Fest 2019.
InsyaAllah saya akan beli tiket tanpa pakai acara dadakan. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngeteng dari Bekasi ke Lampung

Sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 22 Februari 2020, saya dan seorang teman (panggil saja "Mbak Nur") berangkat menuju Bandar Lampung dari Bekasi untuk mengikuti acara Milad Forum Lingkar Pena ke-23 (Cerita tentang Milad FLP akan segera menyusul dipostingan selanjutnya). Di sini saya ingin share cerita "ngeteng" kami untuk sampai ke Lampung. Sebelum berangkat, kami mencari informasi sebanyak-banyaknya. Meskipun, Sumatera adalah tanah kelahiran saya, sekaligus kampung halaman, seumur-umur belum pernah naik transportasi umum darat sendirian untuk pulang kampung. ( Info penting!... kampung saya di Sumatera bagian selatan hehe). Alhamdulillah, dapat teman nge-trip yang sefrekuensi. Jadilah, kami berdua melakukan perjalanan dari Bekasi ke Bandar Lampung dengan cara berganti-ganti kendaraan aka. "Ngeteng". Secara umum hanya ada tiga kendaraan untuk trip ala "ngeteng" ke Lampung, yaitu Bus Bekasi-Merak, Kapal Ferry, dan Kendaraan Bakauh

Menyoal Hadits-Hadits Populer

Judul : Menyoal Hadits-Hadits Populer (Upaya Mengenali Sunnah yang Benar, Bukan yang Terkenal) Penulis : Adi Hidayat Penerbit : Institut Quantum Akhyar Tahun terbit : 2018 Membaca buku ini semakin membuat saya kagum dengan sosok Ust.Adi Hidayat. Sangat terlihat kedalaman ilmu yang beliau miliki. Menyadarkan betapa masih dangkalnya ilmu agama yang saya ketahui. Total ada 17 hadits populer yang dibahas. Terdengar sedikit memang, tetapi jika telah membaca buku ini saya yakin Anda akan berubah pikiran. Sesuai yang tertera pada cover, sebagai upaya mengenali sunnah yang benar, bukan yang terkenal. Beliau membahas hadits-hadits tersebut cukup terperinci dengan menambah bukti-bukti ilmiah, periwayat hadits dan rangkaian sanadnya, penilaian para ulama, hingga membuat kesimpulan hampir tiap pembahasan. Hanya dua bahasan hadits yang tidak terdapat kesimpulan dan menyerahkannya kepada pembaca. Selain itu, bukan main-main karena beliau mencari referensi 1235 kitab pada pustaka ele

Review "Sabtu Bersama Bapak"

"Sabtu Bersama Bapak" menjadi novel pertama karya Aditya Mulya yang saya baca. Mungkin ada yang sudah menonton versi filmnya?  Saya sendiri baru menyelesaikan buku dan filmnya. Tentu membaca novelnya lebih diutamakan. Seperti yang diketahui, kalau film yang mengadaptasi kisah dari novel, maka jangan berekspektasi tinggi. Jika menginginkan versi lengkap alangkah baiknya membaca novelnya dahulu. Dalam buku ini menceritakan bagaimana seorang ayah tetap bisa mendampingi anak-anaknya, meski dia tidak dapat berada di sisi mereka hingga tumbuh dewasa. Setelah divonis penyakit kanker dan tidak akan hidup lama, Gunawan Garinda merencanakan untuk membuat video yang diamanahkan kepada istrinya agar diputarkan setiap Sabtu untuk anak-anak mereka, Satya dan Saka. Kehidupan kakak beradik yang berbeda. Ibu yang begitu tegar. Juga Ayah yang penuh perencanaan dan tidak akan membiarkan keluarganya kesusahan sepeninggalannya. Masing-masing tokoh punya porsi sendiri. Akan tetapi, pada versi buku